Trus Karya Tataning Bumi

Wikipedia

Hasil penelusuran

Penelusuran

Translate

Jumat, 09 Januari 2015

Gender dalam Perspektif Kepemimpinan


Kiriman oleh Sahabati Mutmainnah Syam (Makasar) Via Email

Dalam pandangan tradisional, perempuan diidentikkan dengan sosok yang halus dan lemah, Sementara laki-laki digambarkan sebagai sosok yang gagah, berani dan rasional. Pandangan ini telah memposisikan perempuan sebagai makhluk yang seolah-olah harus dilindungi dan senantiasa bergantung pada kaum laki-laki, akibatnya, jarang sekali perempuan untuk bisa tampil menjadi pemimpin, karena mereka tersisihkan oleh dominasi laki-laki, Seiring dengan berjalannya waktu, kesadaran terhadap kesamaan hak antara perempuan dan laki-laki membuat banyak  perempuan terpanggil untuk tampil menjadi sosok pemimpin, dibuktikan dengan berbondong-bondongnya perempuan untuk menduduki kursi pemerintahan, baik ditingkat daerah, kabupaten, maupun provinsi, ibu Crhistiani Eugenia Paruntu SE bupati Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Selatan dan Hj.Airin Rachmi Diany SH,MH walikota Tangeran Selatan provinsi Banten adalah dua contoh dari sekian banyak perempuan yang memegang peran penting dalam kursi pemerintahan kita, saat ini perempuan tidak dipandang lagi sebagai sosok lemah yang selalu berada pada garis belakang dan hanya pantas mengurusi dapur dan harus mahir memasak, justru saat ini banyak  laki-laki berlomba-lomba untuk menjadikan memasak itu sebagai profesi, bisa di lihat chef-chef ditelvisi dan pekerja diwarung-warung yang didominasi oleh laki-laki sehingga gugurlah pernyataan bahwa perempuan hanya mahir di dapur sebab ternyata laki-laki pun punya potensi yang sama dalam memasak, bahkan bisa jadi kemampuan laki-laki justru lebih baik dari pada perempuan sendiri, selain memasak perempuan juga selalu diidentikkan dengan kemampuan menjahitnya, menenun dan semacamnya, padahal laki-laki pun memiliki potensi yang tidak bisa diragukan dalam hal menjahit, buktinya banyak desainer laki-laki yang memproduksi pakaian ngetrand sampai kemancanegara, jika berkunjung ketailor, kita akan banyak menemui penjahit laki-laki, ini membuktikan bahwa potensi seperti itu tidak hanya dimiliki oleh perempuan, selain itu profesi mendandani yang dulunya hanya milik perempuan sekarang ini justru banyak ditekuni oleh laki-laki disalon-salon, apakah itu menandakan bahwa laki-laki memang memiliki potensi yang lebih besar dari pada perempuan karena mampu mengerjakan apa yang perempuan kerjakan? jelas pertanyaan ini bisa dijawab dengan melihat kemampuan perempuan dalam profesinya menjadi kuli bangunan dan pekerja jalan, apakah hal-hal seperti ini masih menjadikan kita untuk ragu melihat potensi yang sama yang ada dalam diri laki-laki dan perempuan? Memang benar bahwa ada hal-hal yang tidak mampu di lakukan oleh perempuan namun mampu dilakukan oleh laki-laki, tapi kita tentu sepakat pula bahwa ada hal-hal yang mampu dilakukan oleh perempuan namun tidak mampu dilakukan oleh laki-laki, itulah sebabnya Tuhan menciptakan kita berpasangan-pasangan untuk saling mengisi, jika dibawa dalam rana kepemimpinan jelas laki-laki dan perempuan pun memiliki hak dan potensi yang sama, banyak anggapan yang mengatakan bahwa perempuan  lebih condong menggunakan perasaannya dan laki-laki condong menggunakan rasionya, mungkin inilah yang menjadi dasar merajalelanya korupsi yang banyak terjadi di Indonesia, karena pemimpin lebih menggunakan akalnya, mengakal-akali serta menghalalakan segala cara untuk memperkaya diri dan kelompok tanpa menggunakan perasaanya, merasakan nasib rakyat yang kelaparan dan kedinginan akibat kemiskinan, akibatnya muncullah Nasaruddin, Anas Urbaningrum, Andi Mallarangeng, dan banyak lagi pemimpin laki-laki yang katanya mengandalkan rasio tapi toh tetap korupsi.
Mernissi membuktikan secara empiris bahwa perempuan memiliki kemampuan untuk memimpin. Para pemimpin ini dihimpun Mernissi dalam bukunya The Forgotten Queens of Islam (Ratu-Ratu Islam yang Terlupakan),hasil dari studi yang dilakukan Jirasinghe dan Lyons, (1996) juga mendeskripsikan tentang kepribadian pemimpin perempuan sebagai sosok yang lebih supel, demokratis, perhatian, artistik, bersikap baik, cermat dan teliti, berperasaan, berhati-hati dan memiliki kemampuan untuk berkomunikasi lebih baik dari laki-laki, memotivasi dan membangun semangat kepada para bawahannya.  Dalam al-qur’anpun diceritakan kesuksesan seorang pemimpin  perempuan  bernama Ratu Balqis , kesetiaan dan kerelaan rakyat mengabdikan diri menjadikan kerajaan tersebut diabadikan dalam Alquran. Allah Swt. tentunya mempunyai alasan memuat kisah tersebut sebagai pelajaran (‘ibrah) yang dapat diambil. Namun pada sisi lain, terdapat sebuah Hadis populer yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari menyatakan bahwa, “telah bercerita kepada kami ustman bin Al-Haitsan telah bercerita kepada kami ‘Auf dari Al- Hasan dari Abu Bakrah berkata, “ sesungguhnya Allah memberi manfaat kepadaku dengan sebuah kalimat pada hari (perang)jamal, tatkala nabi mendengar orang-orang Persia mengangkat anak perempuan kisra sebagai pemimpin, maka beliau bersabda ,”tidaklah sekali-kali satu kaum memperoleh kemakmuran, apabila menyerahkan urusan mereka kepada perempuan”. Hadis ini dipegangi oleh kaum tradisionalis sebagai argumen untuk melarang perempuan berkiprah di dunia politik dan publik. Secara tekstual hadis ini memang mengisyaratkan pelarangan Rasulullah terhadap kepemimpinan perempuan. Namun, pendekatan tekstual untuk memahami hadis ini bukan merupakan pembacaan yang objektif, ditambah lagi Ayat Suci Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 34 Arrijalu kawwaamuna alannisaa ”Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita” ,Untuk memahami hadis diperlukan pemahaan historis dan kontekstual. Hadis diatas tadi memang dikategorikan hadis shahih tetapi mempunyai latarbelakang sejarah tersendiri (sabab wurud) sehingga tidak bisa serta merta langsung digunakan sebagai dalil umum., Menurut Gus Dur, untuk mengkaji dan memahami sebuah hadis, mutlak diperlukan informasi yang memadai mengenai latar belakang kejadian yang melingkupi teks hadis tersebut.  Baca bukunya M. N. Ibad yang berjudul “Kekuatan Perempuan dalam Perjuangan Gus Dur & Gus Miek” Tentang Kepemimpinan Perempuan. Hal. 85,
Hadis itu sebenarnya disandarkan pada Abu bakrah setelah terjadinya perang jamal, saat perang jamal Aisya kalah dan 13.000 pendukungnya meninggal, sebagai pemenang ,Ali mengambil alih kota Basrah, dan bagi yang tidak bergabung dengan kelompok Ali, harus mencari alasan yang dapat diterima jika ingin tetap tinggal di Basrah, sehingga Aisyah mencoba menggalang kekuatan baru dengan menghubungi para sahabat yang ada di Basrah, salah satunya adalah Abu Bakrah itu, banyak sahabat yang menolak Aisyah dengan alasan perang antar umat islam hanya akan memecah belah umat dan menjadikan mereka saling bermusuhan, namun alasan penolakan Abu Bakrah berbeda ia menyebutkan hadis nabi tersebut karena saat itu ia berpihak pada Ali, jauh sebelum hadis ini muncul yaitu pada saat Rasulullah SAW berdakwah keberbagai daerah, ia pernah berkirim surat kepada pembesar negeri lain untuk memeluk islam, termasuk kepada raja Kisra di Persia, setelah menerima surat Rasulullah Kisra merobek-robek surat itu karena tidak menyetujui ajakan Rasulullah, tidak lama setelah itu Persia kacau, terjadi berbagai pembunuhan didalam kerajaan akibat suksesi kepemimpinan, raja Kisra dan anak laki-lakinya mati dibunuh, maka diangkatlah Buwaran binti Syairawiah ibn Kisra sebagai ratu menggantikan ayahnya, anak ini tidak memiliki kemampuan dalam memimpin , namun demi menjaga nasab keluarga ia dipaksa menjadi ratu di negeri Persia yang luas itu, siapapun baik laki-laki ataupun perempuan jika diserahi tugas yang bukan ahlinya niscaya akan mendapati kehancuran, disamping itu di Persia tradisi kepemimpinan selalu dipegang oleh laki-laki, dan perempuan sama sekali tidak diizinkan untuk mengurus kepentingan umum, jadi bagaimana mungkin putri buwuran bisa sukses menjadi pemimpin bila keadaan tradisi masyarkat seperti itu?
            Berbeda dengan Persia, di Indonesia fakta sejarah membuktikan bahwa dulu perempuan Indonesia juga berkesempatan dan berpeluang memegang jabatan kekuasaan sebagai kepala Negara, di Jawa Timur misalnya , kerajaan Majapahit pernah diperintah oleh Ratu selama 22 tahun, yaitu ketika Raja Jayanegara meninggal pada tahun 1328, karena tidak dikaruniai seorang anak pun, maka raja mengangkat adik perempuannya untuk menggantikan kedudukannya. Dialah yang dikenal dengan Ratu Tribuana Tunggadewi Jaya Wisnu Wardani. Setelah memerintah 22 tahun, yaitu pada tahun 1350, ia mengundurkan diri dan digantikan oleh puteranya Hayam Wuruk. Pada masa perkembangan Islam, di Jawa juga terkenal seorang pemimpin perempuan yang berkuasa di wilayah Jepara, tepatnya di Kalinyamat, daerah kekuasaan kesultanan Demak. Ialah Ratu Kalinyamat, Ratu Kalinyamat adalah salah satu puteri Sultan Trenggono, Sultan Demak, yang memerintah pada 1504-1546 M. pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat, Jepara diceritakan sebagai negeri yang sangat aman, makmur, adil, dan rakyatnya hidup sejahtera. Di Sumatera, tepatnya di Aceh, perempuan cukup banyak berperan di ruang publik atau yang dianggap sebagai dunianya kaum laki-laki. Salah satunya Cut Nyak Dien yang turut andil dalam peperangan melawan Belanda, kemudian ada juga Pocut Baren, Cut Nyak Meutia, juga Pocut Baren yang selalu mendampingi Cut Nyak Dien. Kemudian kerajaan Aceh memiliki armada laut sekitar 100 kapal perang dan salah satu komandannya adalah seorang perempuan dan berpangkat Admiral, beliau ialah Laksamana Keumala Hayati, beliau mencatat prestasi yang gemilang, pada tahun 1599 ia berhasil mengalahkan dua buah kapal Belanda yang dipimpin Cornelis dan Fredirick de Houtman. Di Sulawesi Selatan, kerajaan Islam Abad XIX ini, juga pernah dipimpin oleh seorang penguasa perempuan, yaitu Siti Aisyah We Tenriolle yang berkuasa di Kerajaan Ternate pada tahun 1856, bahkan menguasai kerajaan Bugis.
Dari fakta-fakta sejarah tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya perempuan dan laki-laki adalah sama. Yaitu sama-sama memiliki hak dan potensi dalam memimpin. Dengan kecerdasan ilmu pengetahuan yang diperoleh perempuan, dia tidak hanya mampu berperan sebagai ibu dari anak-anak atau istri yang hanya berkutat di ranah domestik. Akan tetapi, mereka juga mempunyai potensi untuk memimpin yang bisa menandingi bahkan mengalahkan kepemimpinan laki-laki.


Rabu, 07 Januari 2015

Tak Rela Indonesia Terbunuh


Saat masih itu Indonesia mengaku bahwa dia Negara Demokrasi, dimana bisa dilihat bahwa Indonesia setelah 17 Agustus merdeka, negara Indonesia membuka diri untuk menjalin hubungan Internasional. Dengan hal itu maka negara Indonesia terbuka untuk semuannya. Bahkan sekarang negara Indonesia menjadi incaran negara-negara kapitalis.

 Semua cara telah dilakukan untuk menguasai Indonesia dimana Indonesia diserang lewat isu-isu untuk menghancurkan Indonesia. Akhirnya lewat sosial ekonomi Indonesia dengan lewat isu-isu dari Bangsa Asing, produk minyak kopra diisukan mengandung kolesterol tinggi sehingga membahayakan kesehatan, dimana saat itu produksi minyak kopra Indonesia terbesar nomer 2 didunia. Hanya dengan menyuapkan Organisasi itu, Bangsa Asing Tersebut bisa membunuh kopra Indonesia. Tidak hanya kopra, gula tebu atau gula pasir dari Indonesia juga dihancurkan Bangsa Asing lewat isu-isu dimana gula di Indonesia saat itu menjadi kompotiter gula terbesar nomer satu di Indonesia. Hanya dengan mengisukan bahwa gula yang dibuat Indonesia cara pembutan gulanya tidak higenis sehingga gula di Indonesia tidak layak di konsumsi. 

            Begitu pula dengan garam, dimana saat itu Indonesia salah satu pengekspor garam terbesar didunia. Garam Indonesia juga di isukan bahwa garam Indonesia tidak layak konsumsi karena juga masalah higenis. dan masih banyak produk Indonesia dibunuh Bangsa Asing.

            Patut disadari bahwa anak bangsa Indonesia telah terkontaminasi oleh produk-produk Bangsa Asing, dimana kita telah mengonsumsi produk-produk Bangsa Asing Tersebut. Padahal kalau di flash back kan lagi dengan munculnya penyakit-penyakit yang aneh-aneh seperti penyakit jantung, ginjal dan lainnya asal mula ada di negara Bangsa Asing tersebut. Dari mana penyakit-penyakit itu muncul, pasti sudah jelas bahwa penyakit itu muncul dari bahan-bahan makanan Bangsa Asing tersebut. Dimana produknya dengan melegalitaskan bahwa bahan-bahan dari Bangsa Asing itu merupakan bahan-bahan yang terbaik sehingga otak masyarakat merujuk pada bahan-bahan tersebut. 

            Lucunya kenapa mayoritas masyakarat mengonsumsi bahan-bahan dari Bangsa Asing itu. Lihat orang Indonesia sekarang ini, banyak mati diusia muda. Lihat orang terdahulu kita, sangat sedikit yang mati dalam usia muda. Untuk itu telah terbukti bahwa produk Indonesia yang dihancurkan oleh Bangsa Asing itu merupakan produksi yang terbaik yang telah ada dalam kehidupan kita. Untuk itu marilah kita mengonsumsi produk-produk Indonesia, hindari produk makanan Bangsa Asing, agar kita senantiasa mencintai kesehatan kita, negara kita sehingga terciptanya hubbul waton (Cinta tanah air sendiri). 

            Disamping itu, akan membuat Pendapatan Nasional Indonesia akan semakin bertambah sehingga membuat negara kita mampu bersaing dengan negara luar. Selain itu para petani kita akan sejahtera. Sehingga bisa meminimalkan kemiskinan di Indonesia.
  

Bangkitkan Semangat Berzakat dalam Negri Ini

Di Indonesia perlu diketahui bahwa pendapatan nasional hanya didapat lewat pajak dan hutang negara. Padahal pengeluaran negara Indonesia sangat banyak dan digolongkan menjadi tiga kategori. Yaitu, Anggaran belanja Rutin, Anggaran belanja Pembangunan, dan Anggaran Pembelanjaan Administrasi.
Hal ini bisa dibayangkan bahwa sumber pendapatan Indonesia ada 2 cara sedangkan pengeluaran negara ada 3 kategori. Walaupun ada selisih 1 antara pendapatan dan pengeluaran, maka lihat kembali sumber pendapatan yang bersifat hutang, karena hutang merupakan beban yang harus dibayarkan. Jika masyarakat Indonesia tidak sadar membayar pajak, maka hal ini bisa menyebabkan terjadinya inflasi sehingga merugikan bagi rakyat Indonesia karena efeknya yang sangat hebat (disini saya main Logika lho ya)
Kita telah lupa, bahwa pajak memiliki ikatan batin dengan zakat dalam konteks kegiatan pemenuhan baik dalam kehidupan bernegara maupun beragama. Dan pada prinsipnya pajak dan zakat juga memiliki persamaan tujuan yang sama untuk menyelesaikan masalah ekonomi di negara ini dan me-maslahat-kan ummat. Hal ini bisa juga menciptakan hubbul waton (cinta tanah air). Perlu diketahui bahwa zakat sudah dikenal jauh sebelum sistem perpajakan masuk ke Indonesia. Karena pada masa itu, kerajaan Islam sudah berkuasa di Nusantara dengan sistem Baitul Maal-nya. Namun sistem ini mulai rapuh setelah kaum imperalis eropa masuk ke Nusantara. Hingga saat ini belum banyak masyarakat Islam yang telah menjadi Muzakki mau membayar zakat. Hal ini timbul pertanyaan apakah si Muzakki mengaku belum mencapai Nishob atau si Muzakki yang pura-pura tidak tahu tentang zakat? Padahal zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dikerjakan lho ya.
Jika kita semuanya membayar zakat. contohnya diambil dari Kota Cirebon (anggap aja gitu yo), dimana masyarakatnya mayoritas beragama Islam dan banyak yang mencapai nishob untuk membayar zakat. Pada tahun 2014 penduduk Cirebon jumlahnya mencapai 369.255 penduduk, jika muzakki ada 30% maka hasilnya ada 110.777 muzakki.
Jika diambil rata-rata dari kabupaten, kota kecil, kota sedang dan kota besar yang ada di Indonesia maka muzakkinya pasti banyak. Dan dari jumlah-jumlah tersebut bisa menjadikan pemasukan negara yang lebih. Sehingga kata-kata Inflasi di Indonesia sulit akan muncul bahkan tidak akan muncul kembali dan menimbulkan masyarakat lebih nyaman dan aman. Hal ini perlu adanya kesadaran bagi warga Indonesia untuk membayar zakat dan jangan lupa membayar pajak pula.
Oh iya, saya pernah mendapat referensi dari Dosen saya (Pengajar terbaik se-Jabar 2014). Beliau pernah berucap, “misalnya jika kita dikenakan Pajak 2.000.000, setelah itu kita membayar zakat ditempat zakat yang terdaftar sebesar 700.000. Maka kita dapat membayat Zakat sebesar 1.300.000. dengan syarat punya kwitansi resmi dari tempat zakat yang terdaftar”. Ingat,,, ini versi Dosen lho ya. Bukan versi saya..

Silaturrahim ke Gunung Ciremai via Apuy

Ini saya mau berbagi pengalaman saya pas waktu naik Gunung Ciremai via Apuy Majalengka. Nah tapi disini saya berjalan dengan santai, pake banget malah. Hihihi
Sambil ngopi ma udud rokok sukun, berikut adalah ceritanya. Awal kisah berangkat dari Jepara Jawa Tengah sampai Ciremai. Pertama saya naik bus Jepara-Semarang saat setelah sholat Shubuh dengan biaya transport 8.000. Disitu saya turun di Terminal Terboyo untuk beli tiket bus Nusantara Semarang-Cirebon dengan biaya 65.000 (ini versi bulan Agustus 2014 lho ya). Berangkat dari Terboyo jam 09.00 WIB dan akhirnya alhamdulillah sampai terminal Harjamukti Cirebon jam 15.00an. Setelah itu saya naik mobil elph jurusan Cirebon-Bandung jam 16.00an untuk mendarat di majalengka dengan biaya transport 15.000. Pas nyampe pertigaan yang mau ke arah Kecamatan Maja Majalengka saya akhirnya turun dari elph yang kecepatannya superduper, eizztt waktu itu kalo gag salah jam setengah 7 malam lho ya. Terus abis itu naik bus kearah Kec. Maja dan akhirnya nyampe di terminal Maja jam 8an. Sampai terminal distu saya makan2 dulu diterminal dan membeli Logistik buat naik disana. Pas kira-kira jam menunjukkan 10an. Akhirnya saya berangkat lagi ke Pos 1 atau Pos Berod dengan naik mobil colt dengan biaya transport 20.000, tepat jam 23.35 untuk registrasi (20.000) di Pos 1.

Awal mulanya, setelah Brifing dan berdoa saya dan tim berangkat jam 00.15 dari pos 1 Berod menuju Pos 2 Arban. Dan nyampe di Pos Arban jam 00.51, setelah itu saya dan Sahabat istrahat sambil bercanda dan tidur. Pagi menjelang saya dan Sahabat akhirnya makan makanan ringan dan berangkat lagi menuju pos 3 Masawa pada jam 06.42. ditengah perjalan menuju pos 3 akhirnya saya dan Sahabat beristirahat dan makan Nasi pada jam 09.34 WIB. Setelah itu kita melanjutkan perjalanan lagi dan sampai Pos Masawa jam 11.06 WIB, kita langsung melanjutkan lagi menuju Pos 4 Jamuju dan sampai jam 12.13 WIB. Dan akhirnya kita sampai di Pos 5 Sanghiyang Rangka jam 15.40 WIB, kita membikin tenda untuk bermalam di sana. Hahaha maklum saja ya, soalnya pengen santai-santai aja.

Sambil nyerupuuuutttt Kopi dan udud rokok Djarum Coklat

Akhirnya kita berangkat lagi untuk menuju puncak kira-kira jam 03.30 WIB dari pos Sanghiyang Rangka. Dan nyampe Pos 6 Waled jam 04.50 WIB. Nah berhubung terlalu banyak istirahat di Pos 5 kita pun langsung jalan aja ke puncak. Dan Syukur Alhamdulillah kita nyampe di Puncak pada jam 05.28 WIB.

Senin, 05 Januari 2015

Ksatria Tanpa Kekuatan

Fajar hampir memamerkan sosok cantiknya, bintang Venus tak lelah mengalah pada bulatan api dunia. Dekat prempatan jalan telah mengepul asap dengan harum semerbak. Bunyi percikan kayu dari api juga menandakan irama yang merdu. Bersiap untuk para pelanggan, dedaunan di jalan yang tak mengubah namanya, baru saja menyelesaikan gerimiknya setelah tersibak oleh langkah-langkah cepat anak sekolah. Menandakan terpal depan rumah bersiap rame.
 Ibu pemilik terpal meladeni anak sekolah dan orang-orang yang mau membelinya. Mungkin ibu senang dengan laba yang didapatnya. Karena dalam pancaran matanya hanya berbinar melihat saku-saku anak sekolah. Wajar jika ibu begitu, karena semata-mata untuk kebutuhan rumah tangganya.
Saking asyiknya, saat anaknya  minta saku sekolah, terucaplah suara merdu ibu “Ini nak, saku kamu sekarang aku tambah 2000. Di hemat-hemat ya”. Jawab tegas sang anak “Iya bu, nanti aku tabung saja”. Akan kenyataannya dalam benak anak persetan dengan ucapan itu. Sehingga tak ada kelemahan yang terlihat dalam keluarga itu. Padahal kemungkaran-kemungkaran terpelihara dalam keluarga itu. Tapi semua sudah terkonsep dengan rapih sampai tak ada kelemahan yang diketahui oleh keluarga itu. Inilah kehidupan fatamorgana yang indah saat engkau mengonsepnya. Akan tetapi kelemahan ini terkuak oleh seorang anak kecil. Anak kecil yang tak punya apa-apa, tidur diatas trotoar dengan dialas koran dekat terpal ibu penjaja serabi itu.
Anak kecil dengan perawakan kurus, kulit hitam pekat bak arang kayu bakar, rambut rapih dengan lusuhan debu, celana pendek warna merah dengan baju gambar peniti beserta buah kecubung yang menyertai. Sehingga memberi tanda-tanda ingin mengubah dunia lewat pesan gambar bajunya. Anak tersebut bernama Samiaji.
Langkah Samiaji dengan menyeret kaki dan menahan perut lapar menuju terpal penjaja serabi ibu. “Ibu, apa yang bisa bantu agar aku mendapatkan serabi itu”
Cangkir ibu tak selamanya berwarna hitam. Adakalanya terisi dari daun-daun muda. Lalu ibu menjawab “Dengan cara itu kau ingin mendapatkan serabiku, kau tak bisa mendapatkannya, karena serabi itu bisa dibarter dengan rupiah”.
Sesuatu keluar dari air mata Samiaji. Ternyata, sungai yang panjang ini mengalir lagi dan membasahkan hatinya serta menghapus semua harapan itu. Samiaji pun teringat pesan yang dibawa temannya. “Samiaji, jangan pernah menyesali apa yang telah dilenyapkan oleh waktu. Ia tidak akan pernah muncul kembali. Ia tidak akan pernah kita jumpai lagi karena apa yang telah dilenyapkan oleh waktu sungguh telah berada pada sebuah tempat yang sangat jauh. Kamu masih punya waktu untuk menyadarkan siapa yang kau kenali di negri ini”. Samiaji pun telah mengeringkan sungai panjang yang mengalir di lesung pipinya. Semangat dengan bara salju muncul untuk kebaikan sesama makhluk sosial. Samiaji juga tidak menyalahkan ibu penjaja serabi itu, karena pekerjaan Samiaji pasti ibu penjaja serabi itu bisa melakukannya tanpa perlu bantuan.
Samiaji yang lusuh tak pernah menyerah untuk mencari sesuap makan. Walau cemoohan banyak ia terima, ia menanggapi dengan senyuman manisnya tanpa rasa asam sedikitpun. Sampai akhirnya dipedesaan samping rel kereta api, ia melihat banyak anak-anak mengemis, bermain-main saja. Samiaji pun merasakan bahwa hidup adalah pertempuran melawan kebodohan dan kesengsaraan. Dengan modal sekolah sampai kelas 3 SD, Samiaji mengajak anak-anak rel kereta untuk belajar menghitung, dan membaca. Semuanya senang dengan kedatangan Samiaji. Samiaji hanya mengandalkan tembok papan dengan arang kayu bakar yang dijadikan alat mengajar. Tidak ada kata lelah dalam hidup Samiaji, fikiran jernihnya tak pernah ada debu diatas kaca itu. Samiaji memang anak cerdas hanya nasib yang tak berpihak, tapi Samiaji juga tidak menyalahkan nasib. Hidupnya bahagia karena teman dan orang sekelilingnya adalah harta termahal daripada gundukkan emas.
Samiaji pun otaknya semakin terasah, bisa membeli buku buat mengajar. Walaupun autodidak, hal ini tidak jadi masalah. Yang terpenting adalah ketulusan hati dalam pengajaran.
Waktu berjalan dengan cepat, sudah 5 tahun Samiaji mengajar. Samiajinya tak bosan dengan murid-muridnya. Umur Samiaji sudah 16 tahun. Akhirnya ada seorang petugas rel kereta mengecek sepanjang rel kereta. Di atas kereta ada bapak melihat Samiaji mengajar. Disitu bapak tersebut turun dan menyambar dengan memegang bahu Samiaji.
“Nak aku tahu apa yang dalam fikiranmu, lanjutkan dulu ngajarmu setelah itu aku mau bertanya-tanya padamu”.
“Ada yang bisa bantu, pak?”. Ujar Samiaji
“Kamu adalah anak yang kucari-cari?”. Jawab bapak
“Apa bapak mengenaliku?
“Kenal, kau adalah anak penuh pengetahuan, cinta, keadilan, pengabdian, dan kesabaran”. Jawab bapak itu.
“Bagaimana bapak bisa menilaiku begitu? Sedangkan aku baru melihat bapak”.
“Wajah kamu mewakili gambaran hidupmu, kamu berada dalam kemuliaan. Kamu ibarat pelangi, dimana hidupmu banyak harapan dengan satu tujuan yang mulia”. Jawab bapak
“Sebenarnya bapak siapa?”.
“Saya adalah Yana, Kamu pasti tidak tahu tapi suatu saat pasti tahu”.
“Bagaimana caranya aku mengetahui, sedangkan aku masih mengajar”. Tanya Samiaji
“Pastinya kau telah mengajari muridmu sejak lama, dan pastinya ada salahsatu yang cerdas. Semoga kita bisa ketemu lagi 5 hari kedepan. Ini alamat rumah saya.”
Tanpa pamit salam bapak Yana pergi meninggalkan Samiaji. Samiaji hanya bisa terbelengu dengan ucapan Yana. Kegelisan muncul dalam diri Samiaji, disisi lain ia emang mengabdi pada perkampungan daerah rel kereta itu karena telah makan asam garam disitu. Disamping itu ia ingin mengetahui sosok pak Yana itu.
Malam menampakkan indahnya bintang kejora, tapi hati gelisah tetap gelisah walaupun malam itu terasa indah sekali. Samiaji menuju sungai untuk curhat masalah-masalah yang dialami. Tanpa disadari, Samiaji tak tahu bahwa dibalik semak-semak ada sesosok bidadari yang mengupingnya. Alam telah mendengarkan curhatan Samiaji dan disitu pula bidadari menghampiri Samiaji. Bidadari itu tak lain adalah Dewika atau salah satu murid Samiaji.
“Aku siap menggantimu mengajar, karena hal ini menandakan hidup bagai rantai makanan yang saling berkelindan. Aku hanya perlu waktu untuk lancar saat berbicara”. Sahutan Dewika
Kata-kata Dewika membuat hatinya Samiaji merasa sejuk kembali, mata Samiaji berbinar bagai bulan yang indah itu. Pelukan hangat Samiaji untuk Dewika pun tak terlepas karena ia senang tak karuan. Ditepi sungai dengan suara gemericik air, ikan yang kecil-kecil berlarian kesana-kesini menemani mereka berdua yang saling bertukar fikiran. Begitu indah malam untuk keduanya.
Pagi menjelang dan Samiaji berpamitan untuk mencari pak Yana, semua warga ikhlas akan kepergiannya, tak perlu disesali. Setiap keputusan pasti ada hukum sebab-akibat, hal ini menentukan hasil putusan setiap makhluk hidup. Tak seorang pun luput darinya, kecuali ia berkarya dengan semangat menyembah pada Yang Maha Kuasa. Samiaji terus mengingat kampung rel. Dengan wajah tertunduk ia terus membuat sungai-sungai bercabang itu.
Samiaji pun berjalan diantara rel, ia segera mengetahui alamatnya. Pak Yana adalah sosok yang disegani masyarakat karena keaktifannya dalam berorganisasi kemasyarakatan. Setelah ketemu Pak Yana yang sedang mengisi pelatihan dirumahnya, Pak Yana pun menghampiri Samiaji dan memberi pelukan hangat. Maklum saja, Samiaji tidak pernah mendapatkan pelukan ayah, karena ia telah ditinggalkan sejak masih dalam kandungan. Ia dikenalkan oleh masyarakat sekitar dan ia pun dipercayai oleh pak Yana untuk mengajarkan yayasannya.
Samiaji sangat rajin, ia pun juga disegani masyarakat, umurnya telah menunjukkan 25 tahun. Ia pun tak seganja bertemu pada ibu penjaja serabi yang pernah mencelanya saat berjalan-jalan mengelilingi kota.
“Ibu bolehkah aku membeli serabinya”. Ucap Samiaji
“Boleh nak, mau beli berapa?”. Jawab ibu dengan muka lesu
“2 bu, yang manis dan yang asin”. Pinta Samiaji
Sambil meladeni Samiaji, Samiaji teringat ibu penjaja serabi. Samiaji disitu akhirnya bercakap-cakap dengan ibu. Hasilnya ibu itu memiliki masalah yang besar. Ternyata polemik-polemik masyarakat tersirat menjadi beban Samiaji. Ia pun menggunakan aling-aling Panyukilan untuk pengabdian masyarakat. Fikirnya, semua ini mempunyai waktu dari mulanya. Waktu adalah benih dari segala bidang, sudah tiba saatnya, waktu akan mengambil segalanya sesuai kehendaknya. Karena kekuatan nasib dan upaya terikat oleh manusia, dan semuanya bisa mengubahnya.
Kemampuan ia semakin menjadi-jadi setelah Samiaji menikahi Dewika, sekarang mereka hidup bersama.   
Akhirnya dengan berjalannya waktu, hidup berubah dengan lambat, bagai gurun menjadi sabana. Rakyat sekitar menjadi makmur, kebodohan dan kesengsaran hilang, begitu pula dengan daerah sepanjang rel.