Trus Karya Tataning Bumi

Wikipedia

Hasil penelusuran

Penelusuran

Translate

Jumat, 09 Januari 2015

Gender dalam Perspektif Kepemimpinan


Kiriman oleh Sahabati Mutmainnah Syam (Makasar) Via Email

Dalam pandangan tradisional, perempuan diidentikkan dengan sosok yang halus dan lemah, Sementara laki-laki digambarkan sebagai sosok yang gagah, berani dan rasional. Pandangan ini telah memposisikan perempuan sebagai makhluk yang seolah-olah harus dilindungi dan senantiasa bergantung pada kaum laki-laki, akibatnya, jarang sekali perempuan untuk bisa tampil menjadi pemimpin, karena mereka tersisihkan oleh dominasi laki-laki, Seiring dengan berjalannya waktu, kesadaran terhadap kesamaan hak antara perempuan dan laki-laki membuat banyak  perempuan terpanggil untuk tampil menjadi sosok pemimpin, dibuktikan dengan berbondong-bondongnya perempuan untuk menduduki kursi pemerintahan, baik ditingkat daerah, kabupaten, maupun provinsi, ibu Crhistiani Eugenia Paruntu SE bupati Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Selatan dan Hj.Airin Rachmi Diany SH,MH walikota Tangeran Selatan provinsi Banten adalah dua contoh dari sekian banyak perempuan yang memegang peran penting dalam kursi pemerintahan kita, saat ini perempuan tidak dipandang lagi sebagai sosok lemah yang selalu berada pada garis belakang dan hanya pantas mengurusi dapur dan harus mahir memasak, justru saat ini banyak  laki-laki berlomba-lomba untuk menjadikan memasak itu sebagai profesi, bisa di lihat chef-chef ditelvisi dan pekerja diwarung-warung yang didominasi oleh laki-laki sehingga gugurlah pernyataan bahwa perempuan hanya mahir di dapur sebab ternyata laki-laki pun punya potensi yang sama dalam memasak, bahkan bisa jadi kemampuan laki-laki justru lebih baik dari pada perempuan sendiri, selain memasak perempuan juga selalu diidentikkan dengan kemampuan menjahitnya, menenun dan semacamnya, padahal laki-laki pun memiliki potensi yang tidak bisa diragukan dalam hal menjahit, buktinya banyak desainer laki-laki yang memproduksi pakaian ngetrand sampai kemancanegara, jika berkunjung ketailor, kita akan banyak menemui penjahit laki-laki, ini membuktikan bahwa potensi seperti itu tidak hanya dimiliki oleh perempuan, selain itu profesi mendandani yang dulunya hanya milik perempuan sekarang ini justru banyak ditekuni oleh laki-laki disalon-salon, apakah itu menandakan bahwa laki-laki memang memiliki potensi yang lebih besar dari pada perempuan karena mampu mengerjakan apa yang perempuan kerjakan? jelas pertanyaan ini bisa dijawab dengan melihat kemampuan perempuan dalam profesinya menjadi kuli bangunan dan pekerja jalan, apakah hal-hal seperti ini masih menjadikan kita untuk ragu melihat potensi yang sama yang ada dalam diri laki-laki dan perempuan? Memang benar bahwa ada hal-hal yang tidak mampu di lakukan oleh perempuan namun mampu dilakukan oleh laki-laki, tapi kita tentu sepakat pula bahwa ada hal-hal yang mampu dilakukan oleh perempuan namun tidak mampu dilakukan oleh laki-laki, itulah sebabnya Tuhan menciptakan kita berpasangan-pasangan untuk saling mengisi, jika dibawa dalam rana kepemimpinan jelas laki-laki dan perempuan pun memiliki hak dan potensi yang sama, banyak anggapan yang mengatakan bahwa perempuan  lebih condong menggunakan perasaannya dan laki-laki condong menggunakan rasionya, mungkin inilah yang menjadi dasar merajalelanya korupsi yang banyak terjadi di Indonesia, karena pemimpin lebih menggunakan akalnya, mengakal-akali serta menghalalakan segala cara untuk memperkaya diri dan kelompok tanpa menggunakan perasaanya, merasakan nasib rakyat yang kelaparan dan kedinginan akibat kemiskinan, akibatnya muncullah Nasaruddin, Anas Urbaningrum, Andi Mallarangeng, dan banyak lagi pemimpin laki-laki yang katanya mengandalkan rasio tapi toh tetap korupsi.
Mernissi membuktikan secara empiris bahwa perempuan memiliki kemampuan untuk memimpin. Para pemimpin ini dihimpun Mernissi dalam bukunya The Forgotten Queens of Islam (Ratu-Ratu Islam yang Terlupakan),hasil dari studi yang dilakukan Jirasinghe dan Lyons, (1996) juga mendeskripsikan tentang kepribadian pemimpin perempuan sebagai sosok yang lebih supel, demokratis, perhatian, artistik, bersikap baik, cermat dan teliti, berperasaan, berhati-hati dan memiliki kemampuan untuk berkomunikasi lebih baik dari laki-laki, memotivasi dan membangun semangat kepada para bawahannya.  Dalam al-qur’anpun diceritakan kesuksesan seorang pemimpin  perempuan  bernama Ratu Balqis , kesetiaan dan kerelaan rakyat mengabdikan diri menjadikan kerajaan tersebut diabadikan dalam Alquran. Allah Swt. tentunya mempunyai alasan memuat kisah tersebut sebagai pelajaran (‘ibrah) yang dapat diambil. Namun pada sisi lain, terdapat sebuah Hadis populer yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari menyatakan bahwa, “telah bercerita kepada kami ustman bin Al-Haitsan telah bercerita kepada kami ‘Auf dari Al- Hasan dari Abu Bakrah berkata, “ sesungguhnya Allah memberi manfaat kepadaku dengan sebuah kalimat pada hari (perang)jamal, tatkala nabi mendengar orang-orang Persia mengangkat anak perempuan kisra sebagai pemimpin, maka beliau bersabda ,”tidaklah sekali-kali satu kaum memperoleh kemakmuran, apabila menyerahkan urusan mereka kepada perempuan”. Hadis ini dipegangi oleh kaum tradisionalis sebagai argumen untuk melarang perempuan berkiprah di dunia politik dan publik. Secara tekstual hadis ini memang mengisyaratkan pelarangan Rasulullah terhadap kepemimpinan perempuan. Namun, pendekatan tekstual untuk memahami hadis ini bukan merupakan pembacaan yang objektif, ditambah lagi Ayat Suci Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 34 Arrijalu kawwaamuna alannisaa ”Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita” ,Untuk memahami hadis diperlukan pemahaan historis dan kontekstual. Hadis diatas tadi memang dikategorikan hadis shahih tetapi mempunyai latarbelakang sejarah tersendiri (sabab wurud) sehingga tidak bisa serta merta langsung digunakan sebagai dalil umum., Menurut Gus Dur, untuk mengkaji dan memahami sebuah hadis, mutlak diperlukan informasi yang memadai mengenai latar belakang kejadian yang melingkupi teks hadis tersebut.  Baca bukunya M. N. Ibad yang berjudul “Kekuatan Perempuan dalam Perjuangan Gus Dur & Gus Miek” Tentang Kepemimpinan Perempuan. Hal. 85,
Hadis itu sebenarnya disandarkan pada Abu bakrah setelah terjadinya perang jamal, saat perang jamal Aisya kalah dan 13.000 pendukungnya meninggal, sebagai pemenang ,Ali mengambil alih kota Basrah, dan bagi yang tidak bergabung dengan kelompok Ali, harus mencari alasan yang dapat diterima jika ingin tetap tinggal di Basrah, sehingga Aisyah mencoba menggalang kekuatan baru dengan menghubungi para sahabat yang ada di Basrah, salah satunya adalah Abu Bakrah itu, banyak sahabat yang menolak Aisyah dengan alasan perang antar umat islam hanya akan memecah belah umat dan menjadikan mereka saling bermusuhan, namun alasan penolakan Abu Bakrah berbeda ia menyebutkan hadis nabi tersebut karena saat itu ia berpihak pada Ali, jauh sebelum hadis ini muncul yaitu pada saat Rasulullah SAW berdakwah keberbagai daerah, ia pernah berkirim surat kepada pembesar negeri lain untuk memeluk islam, termasuk kepada raja Kisra di Persia, setelah menerima surat Rasulullah Kisra merobek-robek surat itu karena tidak menyetujui ajakan Rasulullah, tidak lama setelah itu Persia kacau, terjadi berbagai pembunuhan didalam kerajaan akibat suksesi kepemimpinan, raja Kisra dan anak laki-lakinya mati dibunuh, maka diangkatlah Buwaran binti Syairawiah ibn Kisra sebagai ratu menggantikan ayahnya, anak ini tidak memiliki kemampuan dalam memimpin , namun demi menjaga nasab keluarga ia dipaksa menjadi ratu di negeri Persia yang luas itu, siapapun baik laki-laki ataupun perempuan jika diserahi tugas yang bukan ahlinya niscaya akan mendapati kehancuran, disamping itu di Persia tradisi kepemimpinan selalu dipegang oleh laki-laki, dan perempuan sama sekali tidak diizinkan untuk mengurus kepentingan umum, jadi bagaimana mungkin putri buwuran bisa sukses menjadi pemimpin bila keadaan tradisi masyarkat seperti itu?
            Berbeda dengan Persia, di Indonesia fakta sejarah membuktikan bahwa dulu perempuan Indonesia juga berkesempatan dan berpeluang memegang jabatan kekuasaan sebagai kepala Negara, di Jawa Timur misalnya , kerajaan Majapahit pernah diperintah oleh Ratu selama 22 tahun, yaitu ketika Raja Jayanegara meninggal pada tahun 1328, karena tidak dikaruniai seorang anak pun, maka raja mengangkat adik perempuannya untuk menggantikan kedudukannya. Dialah yang dikenal dengan Ratu Tribuana Tunggadewi Jaya Wisnu Wardani. Setelah memerintah 22 tahun, yaitu pada tahun 1350, ia mengundurkan diri dan digantikan oleh puteranya Hayam Wuruk. Pada masa perkembangan Islam, di Jawa juga terkenal seorang pemimpin perempuan yang berkuasa di wilayah Jepara, tepatnya di Kalinyamat, daerah kekuasaan kesultanan Demak. Ialah Ratu Kalinyamat, Ratu Kalinyamat adalah salah satu puteri Sultan Trenggono, Sultan Demak, yang memerintah pada 1504-1546 M. pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat, Jepara diceritakan sebagai negeri yang sangat aman, makmur, adil, dan rakyatnya hidup sejahtera. Di Sumatera, tepatnya di Aceh, perempuan cukup banyak berperan di ruang publik atau yang dianggap sebagai dunianya kaum laki-laki. Salah satunya Cut Nyak Dien yang turut andil dalam peperangan melawan Belanda, kemudian ada juga Pocut Baren, Cut Nyak Meutia, juga Pocut Baren yang selalu mendampingi Cut Nyak Dien. Kemudian kerajaan Aceh memiliki armada laut sekitar 100 kapal perang dan salah satu komandannya adalah seorang perempuan dan berpangkat Admiral, beliau ialah Laksamana Keumala Hayati, beliau mencatat prestasi yang gemilang, pada tahun 1599 ia berhasil mengalahkan dua buah kapal Belanda yang dipimpin Cornelis dan Fredirick de Houtman. Di Sulawesi Selatan, kerajaan Islam Abad XIX ini, juga pernah dipimpin oleh seorang penguasa perempuan, yaitu Siti Aisyah We Tenriolle yang berkuasa di Kerajaan Ternate pada tahun 1856, bahkan menguasai kerajaan Bugis.
Dari fakta-fakta sejarah tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya perempuan dan laki-laki adalah sama. Yaitu sama-sama memiliki hak dan potensi dalam memimpin. Dengan kecerdasan ilmu pengetahuan yang diperoleh perempuan, dia tidak hanya mampu berperan sebagai ibu dari anak-anak atau istri yang hanya berkutat di ranah domestik. Akan tetapi, mereka juga mempunyai potensi untuk memimpin yang bisa menandingi bahkan mengalahkan kepemimpinan laki-laki.


Tidak ada komentar: