Trus Karya Tataning Bumi

Wikipedia

Hasil penelusuran

Penelusuran

Translate

Rabu, 21 November 2012

Tasawuf Falsafi dan tokohnya


.

II.      PENGERTIAN TASAWUF FALSAFI

Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional pengasasnya. Tasawuf falsafi menggunakan terminologi gilosofis dalam pengungkapannya. Terminologi falsafi tersebut berasal dari bermacam-macam ajaran yang telah mempengaruhi para tokohnya.
Menurut at-taftazani, tasawuf falsafi mulai muncul dengan jelas dalam khazanah islam sejak abad keenam hijriyah, meskipun para tokohnya baru dikenal seabad kemudian. Sejak itu, tasawuf jenis ini tersu hidup dan berkembang, terutamadi kalangan para sufi yang juga filosof, sampai menjelang akhir-akhir ini.([1])
Adanya pemaduan antar tasawuf dan filsafat dalam ajaran tasawuf ini dengan sendirinya telah membuat ajaran-ajaran tasawuf jenis ini bercampur dengan sejumlah ajaran filsafat di luar islam, seperti yunani, persia, india, dan agama nasrani. Akan tetapi, orisianiltasnya sebagai tasawuf  tidak hilang. Karena para tokohnya mempunyai latar belakang kebudayaan dan pengetahuan yang berbeda dan beragam, seiring dengan ekspansi islam, yang telah meluas pada waktu itu berusaha  menjaga kemandirian ajaran aliran mereka, terutama bila dikaitkan dengan kedudukan mereka sebagai umat islam. Ciri umum tasawuf ialah kesamar-samaran ajarannya akibat banyak ungkapa dan peristilahan ,khususnya yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang memahami ajaran tasawuf.
Tasawuf falsafi tidak dapat di pandang sebagai filsafat karena ajaran dan metodenya didasarkan pada rasa dan sebaliknya, tidak  pula bisa di kategorikan pada tasawuf, dalam pengertiannya yang murni, karena ajarannya sering diungkapkan dalam bahasa filsafat dan berkecenderungan mendalam pada panteisme.

    SEJARAH TASAWUF FALSAFI
                      Pada mulanya tasawuf merupakan perkrmbangan dari pemahaman tentang makna institusi Islam.Sejak zaman sahabat dan tabi’in, kecenderungan pandangan orang terhadap islam secara lebih analitis sudah muncul. Ajaran Islam di pandang dari dua aspek yaitu aspek lahiriyah dan batiniyah([2]).
Corak dari pada tasawwuf falsafi tentunya sangat berbeda dengan tasawwuf yang pernah diamalkan oleh masa sahabat dan tabi’in, karena tasawwuf ini muncul karena pengaruh filasafat Neo-Platonisme. Berkembangnya tasaawuf sebagai jalan dan latihan untuk merealisir kesucia batin dalam perjalanan menuju kedekatan dengan Allah, juga menarik perhatian para pemikir muslim yang berlatar belakang teologi dan filsafat. Dari kelompok inilah (teologi dan filsafat) tampil sejumlah kelompok sufi yang filosofis atau filosofis yang sufi. Konsep-konsep mereka yang disebut dengan tasawuf falsafi yakni tasawuf yang kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat. ajaran filsafat yang paling banyak dipergunakan dalam analisis tasawuf adalah Paham emanasi neo-Plotinus.      
           Adanya pemaduan antara filsafat dengan tasawuf pertama kali di motori oleh para filsuf muslim yang pada saat itu mengalami helenisme pengetahuan. Misalnya filsuf muslim yang terkenal yang membahas tentang Tuhan dengan menggunakan konsep-konsep neo-plotinus ialah Al-Kindi. Dalam filsafat emanasi Plotinus roh memancar dari diri Tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Tapi, sama dengan Pythagoras, dia berpendapat bahwa roh masuk ke dalam tubuh manusia juga kotor, dan tak dapat lagi kembali ke Tuhan. Selama masih kotor, ia akan tetap tinggal di bumi berusaha. dari sini di tarik ke dalam ranah konsep tasawuf yang berkeyakinan bahwa penciptaan alam semesta adalah pernyataan cinta kasih Tuhan yang direfleksikan dalam bentuk empirik atau sebagai Sifat madzohir dari sifat tuhan.           
            Namun istilah tasawuf   falsafi bulum terkenal pada waktu itu, setelah itu baru tokoh-tokoh sufi falfasi  yang populer. Abu Yazid al-Bustami, Ibn Masarrah (w.381 H) dari Andalusia dan sekaligus sebagai perintisnya. orang kedua yang mengombinasikan antara teori filsafat dan tasawuf ialah Suhrawardi al-Maqtul yang berkembang di Persia atau Iran. Masih banyak tokoh tasawwuf falsafi yang berkembang di Persia ini sepeti al-Haljj dengan konsep al-Hulul yakni perpaduan antara Mansusia dengan sifat-sifat tuhan.

    AJARAN POKOK TASAWUF FALSAFI

             Secara garis besar tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional.Tasawuf ini menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya,yang berasal dari berbagai macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya. Ajarannya Tasawuf Falsafi lebih mengarah pada teori-teori yang rumit dan memerlukan pemahaman yang lebih mendalam dan Mengedepankan akal mereka  serta ajarannya memadukan antara visi mistis dan rasional.
Ajaran pokok tasawuf falsafi
a. Fana' dan Baqa': lenyapnya kesadaran dan kekal
b. Ittihad: persatuan antara manusia dengan Tuhan
c. Hulul: penyatuan sifat ketuhanan dg sifat kemanusiaan
d. Wahdah al-Wujud: alam dan Allah adalah sesuatu yang satu
e. Isyraq: pancaran cahaya atau iluminasi([3]).

V.      TOKOH-TOKOH TASAWUF DAN AJARANNYA
1.      Ibn ‘Arabi (560-638)
a.      Biografi Singkat Ibn’arabi
Nama lengkap ibn ‘arabi adalah muhammad bin ‘ali bin ahmad bin ‘abdullah ath-tha’i al-haitami. Ia lahir di mercia, andalusia tenggara, spanyol, tahun 560 H, dari keluarga berpangkat, hartawan dan ilmuan. Tahun 620 H, ia tinggal di Hijaz dan meninggal di sana pada tahun 638 H. Namaya biasa di sebut tanpa Al untuk membedakan dengan abu bakar tanpa “al” untuk membedakan dengan abu bakar ibn al-‘arabi seorang qadhi dari sevilla yang wafat tahun 543 H. Di sevilla (spanyol), ia mempelajari al-Qur’an, hadis serta fiqih pada sejumlah murid andalusia terkenal, yakni ibn hazm az-zhahiri([4]).
b.      Ajarn-ajarn tasawuf ibn’arabi
Wahdat al-wujud
Ajaran sentral ibn ‘ibn arabi adalah tentang wahdat al-wujud (keastuan wujud). Meskipun demkian, istilah wahdat al-wujud yang di pakai untuk menyebut ajaran sentralnya itu, tidaklah berasal dari dia, tetapi berasal dari ibnu taimiyah, tokoh yang hwahdat al-wujud untuk menyebut ajaran sentral ibn ‘arabi, mereka berbeda pendapat dalam memformulasikan pengertian wahdar al-wujud.
Menurut ibnu taimiyah wadah al-wujud adalah penyamaan tuhan dengan alam menurut penjelasannya, orang yang mempunya paham wahdat al-wujud mengatakan bahwa wujud itu sesungguhnya hanya satu dan wajib al-wujud yang di miliki oleh khliq juga mukmin al-wujud yabg di miliki oleh makhluk, selain itu, orang-orang yang mempunyai paham wahdat al-wujud itu juga mengatakan bahwa wujud alam sama dengan wujud tuhan, tidak ada perbedaan([5]).
Dari pengertian tersebut, ibn taimiyah telah menilai ajarn sentral ibn ‘arabi dari aspek tasybih-nya (penyerupaan khaliq dengan makhluk) saja, tetapi belum menilainya dari asek tanzihnya (penyusia khaliq). Sebag, kedua aspek tiu terdapat dalam ajaran ibn ‘arabi akan tetapi , perlu pula di dasari bahwa kata-kata ibn ‘arabi. Banyak membawa pada pengertian seperti yang pahami oleh ibn taimiyah meskipun di tempat lain terdapat kata-kata inb ‘arabi yang membedakan antara khaliw dengan makhluk dan antara tuhan dengan alam.  
Demi syu’ur (perasaa) ku, siapakah yang mukallaf? Jika engkau katakan hamba, padahal dia (pada hakikatnya) tuhan juga. Atau engkau katakan tuhan, lalu siapa yang di bebani talif?” Kalau di antara khaliq dan makhluk beratu dalam wujidnya, megapa terlihat dua? Ibn ‘arabi menjawab, sebab adalah manusia tidak memandangnya darisisi yang satu, tetapi memandang keduanya dengan pandangan bahwa keduanya adalah khaliq dari sisi yang satu dan makhluk dari sisi lain. Jika mereka merasa memandang keduanya dari sisi yang satu, mereka pasti akan dapat mengetahui hakikat keduannya, yakni dzatnya satu yang tidak terbiang dan berpisah([6]).

c.       Haqiqah muhamaddiyah
Dari konsep wahdat ibn ‘arabi muncul lagi dua konsep sekaligus merupakan lanjutan atau cabang dari konsep wahdat al-wujud, yaitu konsep al-hakikat al muhamaddiyah dan konsep wahdat al-dyan (kesamaan agama) Menurut ibn ‘arabi, tuhan adalah pencipat alam semsesta adapun proses penciptaannya adalah sebagai berikut:
1)      Tajalli dzat tuhan dalam bentuk a’yan tsabitah
2)      Tanzul kepada dzat tuhan ma’ani ke alam (ta’ayyunat) realitas-realitas rohaniah, yaitu alam arwah yang mujarrad
3)      Tanazul kepada realitas-realitas nafsiah, yaitu alam nafsiah berpikir.
4)      Tanazul tuhan dalam bentk ide materi yang bukan materi yaitu alam mistal atau khayal.
5)      Alam materi, yaitu alam indrawi.
d.      Wahdatul adyann
Adapun yang berkenaan dengan konsepnya wahdat al-ady (kesamaan agama), bin ‘arabi memandang bahwa sumber agama adalah satu, yaitu hakikat muhamaddiyah.k onsekuensinya, semua agama adalah tunggal dan semua itu kepunyaan Allah. Seseorang yang benar-benar arif adalah menyembah Allah dalam setiap bidang kehidupanya, dengan kata lain dapat di katakan bahwa ibadah yang benar hendaknya abid memandang semua apa saja sebagai segbagian dari ruang lingkup realitas dzat tuhan yang tunggal sebagaimana ‘irnya, dikemukakannya dalam sya’irnya “kini Qalbuku bisa menampung semua Ilalang perburan kijang atau biara penderan Kuil pemuja berhala atau ka’bah Lau taurah dan mushalaf al-qur’an Aku hanya memeluk agama cinta ke mana pun Kendaraan-kendaraan menghadap. Karena cinta adalah  Agamaku dan imanku.
Menurut para penulis, pernyataa ibn ‘arabi ini terlalu berlebihan dan tidak punya landasan yang kuat sebab agama berbeda-beda satu sama lain.
2.      Al-Jili (1365-1417m)
a.       Biografi singkat al-jili
Nama lengkapnya adalah ‘abdul karim bin ibrahim al-jilil. Ia lahir pada tahun 1365 H. Di jilan (gilan), sebuah propinsi di sebelah selatan kaspia dn wafat pada tahun 1417 M. Nama al-jili di ambil dari tempat kelahirannya di glan. Ia adalah seorang sufi yang terkenal dari baghad. Riwayat hidupnya tidak banyak diketahui oleh para ahli sejarah, tetapi sebuah sumber mengatakan bahwa ia pernah melakukan perjalanan ke india tahun 1387 M. Kemudian belajar tasawuf di bawah bimbingan Abdul Qadir al-jailani, seorang pendiri dan pemimpin tarekat Qadariyah yang sangat terkenal. Di samping itu, berguru pula pada syekh syafaruddin sima’il bin ibrahim AL-jabarti di zabid (yaman) pada tahun 1393-14-3 M.
b.      Ajaran tasawuf al-jili
Ajaran tasawuf al-jili yang terpenting adalah paham insan kamil (manusia sempurna) menurut al-jili insan kamil adalah nuskhah atau copy tuhan, seperti di sebutkan dalam hadis Artinya: Allah menciptakan adam dalam bentuk yang maharman “ Hadis lain: Artinya “Allah menciptakan adam dalam bentuk dirinya”

c.       Maqamat (al-martabah)
Sebagai seorang sufi, al-jili dengan membawa filsafat inasn kamil merumuskan beberapa maqam yang harus dilalui seorang sufi, yang menganut istilahnya ia disebut al-martabah (jenjang atau tingkat) tingkat itu adalah
1)      Islam
2)      Iman
3)      Shalah
4)      Ihsan
5)      Syahdah
6)      Shiddiqiyah
7)      Qurbah
3.      Ibnu Sabi’in
a.      Biografi singkat ibn sab’in
Nama lengkapnya adalah ibn sabi’in adalah ‘abdul haqq ibn ibrahim muhammad ibn nashr, seorang sufi yang jufa filosof dari andalusia. Dia terkenal di eropa karena jawaban-jawabannya ata pernyataan federik II, penguasa sicilia. Di dipanggil ibn sabi’in dan digelari Quthbuddin. Terkadang, ida dikenal pula dengan abu muhammad dan mempunyai asal-usul arab, dan dilahirkan tahun 614 H (1217/1218M) di kawasan murcia. Dia mempelajari bahasa arab dan sastra pada kelompok gurunya. Ia juga mempelajari ilmu-ilmu agama dari mazhab maliki, ilmu-ilmu logika dan filsafat. Dia mengemukakan bahwa di antara guru-gurunya adalah ibn dihaq, yang di kenal dengan ilmu al-mir’ah (meniggal tahun 611 H) yang keduanya ahli tentang huruf dan nama. Menurut salah seorang murid ibn sabi’in, yang mansyarah kitab risalah al-‘abd hubungan antara ibn sabi’in dan gurunya tersebut lebih banyak terjalin lewat kitab dari pada langsung
b.      Ajaran tasawuf ibn sabi’in
Kesatuan mutlak
Ibn sabiin adalah seorang pengasas sebuah paham dalam kalangan tasawuf filosofis, yang dikenal dengan paham kesatuan mutlak. Gagasan esensial pahamnya sederhanas saja, yaitu wujud adalah suatu alias wujud Allah semata. Wujud-wujud lainnya hanyalah wujud yang satu itu sendiri. Jelasnya, wujud-wujud yang lain itu hakikatnya sama sekali tidak lebih dari wujud yang satu semata. Dengan demikian, wujud dalam kenyataan hanya satu persoalan yang tetap.


VI.    KESIMPULAN
Tasauf falsafi adlalah tasauf yang ajarannya-ajarannya memadukan antara visi dan mistis dan visi rasional pengasasnya. Berbeda dengan tasauwufakhlaqi, tasauf falsafi menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya. Terminologi falsafitersebut berasal dari bermcam-macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya.
Tasawuf Falsafi adalah sebuah konsep ajaran tasawuf yang mengenal Tuhan (ma’rifat) dengan pendekatan rasio (filsafat) hingga menuju ketinggkat yang lebih tinggi, bukan hanya mengenal Tuhan saja (ma’rifatullah) melainkan yang lebih tinggi dari itu yaitu wihdatul wujud (kesatuan wujud). Bisa juga dikatakan tasawuf filsafi yakni tasawuf yang kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat.




[1]. Abu Al-wafa’ Al-ghanimi At-Taftazani, Sufi dari Zaman ke Zaman, Terj. Ahmad far’i ustmani, Pustaka, Bandung, 1985, hlm, 187.
[2]. Anwar, Rosihon. Ilmu tasawuf. Bandung, CV Pustaka Setia. 2006
[3] . Drs. Asmaran As., M.A., Pengantar Studi Tasawuf, Rajawali Pers, 1996,
[4] . Abu Al-wafa’ Al-ghanimi At-Taftazani, Sufi dari Zaman ke Zaman, Terj. Ahmad far’i ustmani, Pustaka, Bandung, 1985, hlm, 193
[5].  Muhammad Mahdi Al-Istanbuli, Ibn Taimiyah: Batha Al-Ishlah ad-Diniy, Dar Al-Ma’rifah, Damaskus, 1397 H/1977, hlm.
[6]. Muhammad musthafa himli, al-hayat ar-ruhiyyah fi al-islm, al-ha’i al-misriy al’-ammah al-kitab, mesir, 1984, hlm. 182


Tidak ada komentar: